Sr.Natalia Do Rego, rscj
Saya sangat beruntung telah menjadi seorang RSCJ Hati Kudus Yesus, karena saya benar-benar di tuntun, di tantang untuk menjadi perempuan yang bisa mengampuni dan mencintai. Menicntai siapa? Tentu saja pertama-tama harus mencintai diri sendiri, mencintai Yesus dan kemudian pada akhirnya bisa mencintai orang lain.
Dari sekian banyaknya pengalaman-pengalaman yang akhirnya membuat saya mampu untuk mencintai, sehingga sampai detik ini saya masih berada di RSCJ Hati Kudus Yesus karena CINTA itu sendiri. Seperti kutiban dari Konstitusi kami mengatakan “Untuk menemukan dan mengungkapkan cinta Kasih-Nya, membiarkan diri kita di ubah oleh Roh-Nya”. Salah satu syarat untuk menjadi seorang RSCJ yaitu harus mampu mengampuni dan mencintai diri, mencintai Tuhan dan mencintai orang lain karena Yesus adalah KASIH. Kami selalu diajak untuk membiarkan diri kami idubah Oleh Roh Kasih. Maka inilah yang terjadi dalam diri saya. Selalu belajar, menyediakan tempa kosong, membuka diri pada yang Ilahi dan mengakui bahwa saya bukan siapa-siapa tanpa adanya Dia.
Pengalaman retret agung membawa saya menemukan arti dari sebuah Cinta itu. Awalnya sulit bagi saya untuk menerima kenyataan yang ada dalam diri saya yaitu sebagai seorang anak adopsi. Ketika saya membagikan pengalaman ini bersama pembimbing retret sekaligus pembimbing novis saya, muncul berbagai macam perasaan dalam hati saya. Perasaan sedih, marah, kecewa, merasa tidak dianggap dalam keluarga dan lainnya. walaupun saya tahu dan sadar bahwa dari kedua keluarga ini baik keluarga kandung maupun keluarga adopsi sangat mencintai saya, tetap saja merasa tidak dianggap sebagai anak dalam keluarga. Disitulah saya katakan pada pembimbing saya bahwa saya tidak bisa terima dan memang saya tidak bisa melihat terus-terusan pengalaman ini karena ketika melihat kembali yang ada hanyalah menyakitkan saya. Maka beliau menjawab, “berarti percuma kamu mengikuti retret ini, kamu hanya membuang waktu kalau kamu katakan tidak bisa” kalimat ini merupakan salah satu tantangan bagi saya, dan dari situ saya katakan pada diri saya bahwa “SAYA BISA”
Ketika saya masuk dalam proses ini, muncul banyak pertanyaan, mengapa saya? Apakah saya tidak diinginkan oleh ibu? Apakah saya tidak pantas hidup dalam keluarga ini? Saya marah dengan Tuhan, bahwa Tuhan tidak adil, marah dengan diri. Namun ini semua hanyalah perasaan yang membuat saya tidak bisa kembali melihat hal postif dari semua pengalaman ini. Padahal saya sangat mencintai kedua keluarga ini, namun saya tidak bisa menyangkal perasaan saya saat itu.
Pergulatan itu tidak hanya sampai disini, tetapi saya di arahkan untuk masuk lebih dalam, menggalih sampai menemukan akar dari semua pengalaman ini. Saat ini saya bisa katakan bahwa Dia telah merancang jalur/rute perjalanan masa depan saya dengan sangat berarti. Saya rasa seperti Yesus sedang melakukan peziarahan bersama saya dan saya hanya bisa mengikuti ajakan Yesus kemanapun saya dituntun. Setiba kami ditujuan akhir, saya mendengar Yesus berkata, Nata, cukup sampai disini. Disinilah tempatmu (RSCJ).
Diakhir perjalanan ini, saya menemukan bahwa Allah memiliki rencana yang luar biasa. Rencana yang tidak pernah kita tahu sampai dimana rute perjalanan ini. Berhenti disini atau melanjutkan kearah lain, semua itu hanya bisa ditentukan oleh yang berkuasa.
Syukur pada Allah karena Ia membantu saya dengan sangat luar biasa dan sabar membimbing saya dalam proses ini. Sehingga saya tahu bahwa ternyata Allah adalah maha adil, maha bijaksana.
Rahmat ini membuka hati saya, membuat saya semakin berkobar-kobar untuk mencintai-Nya membuat saya tidak ragu-ragu untuk kembali kepada Dia, karena dengan Dia, hari ini saya bisa mencintai dan menerima orang lain dengan tulus walaupun terkadang luka itu muncul kembali, namun saya sudah tahu dimana tempat untuk disembuhkan yaitu kembali ke Hati Yesus.
Salah satu simbol yang mengekspresikan diri saya yaitu GONG, musik yang yang tidak memiliki apapun didalamnya yang artinya kosong. Memiliki suara yang merdu, ketika memainkannya, suara gong tersebut pergi begitu jauh dan dalam, membuat kita merasa tenang, merasa hati yang damai. Namun ketika kita mengisi sesuatu didalamnya, maka suara gong tersebut tidak seindah dari gong kosong.
Suatu hari saya menemukan diri saya sekosong gong yang tanpa isinya. Beginilah cara Tuhan mengajari untuk mengosongkan hati saya untuk menyambut kehadiranNya, begitu juga Tuhan mengundang saya untuk masuk kedalam Hati-Nya dengan cara-Nya yang lembut tanpa adanya paksaan, dan Ia memberi waktu pada saya untuk melangkah dengan pelan-pelan ke Hati-Nya untuk menemukan dan mengambil mutiara yang telah diseddiakan Tuhan pada saya. Namun terkadang tidak dengan sengaja saya mengisi kekosongan itu dengan segala macam hal yang tidak saya butuhkan dalam hidup saya, namun disitulah Tuhan mengingatkan saya dengan pertanyaan demikian “ Nata apakah kamu ingin saya masuk ke dalam hatimu? Sebab Saya tidak menemukan jalan menuju kesana karena kamu sudah menghalanginya dengan berbagai macam hal.”
Melalui pertanyaan ini membawa sayakembali melepaskan semua ikatan yang masih tinggal dalam diri saya dan kembali mengosongkan diri serta memberi jalan kepada Yesus sehingga Ia tetap tigggal bersama saya dan saya bersama Dia.
Saya yakin bahwa dengan luka batin yang kita alami, bukan berarti akan melemahkan kita, tapi justru sebaliknya akan memberi kita kekuatan dan lebih memahami arti dari kehidupan yang sesungguhnya, karena luka kita tidak seberat luka Yesus. Yesus terluka karena satu hal yaitu CINTA dan kita terluka karena apa? kita bisa merenungkan sendiri dan pasti akan menemukan jawabannya.
Maka hari ini saya mau berterima kasih kepada keluarga khusus untuk orang tua kandung maupun orang tua adopsi yang sudah mengajari saya mencintai, akhirnya saya bisa mengenal dengan lebih baik arti cinta yang sebenarnya. Terima kasih pula untuk pembimbing retret sekalipun pembimbing novis saya yaitu Sr.Gerardette Philips, rscj yang sudah membantu ddan mendukung saya mencapai pada proses ini. Semua berubah karena Cinta.