Luka adalah Kasih

               

Sr. Petronela Esir, RSCJ

Banyak orang yang ingin hidupnya sempurna. Tidak mau hidupnya di penuhi oleh luka. Merindukan untuk menjadi pribadi yang bebas dan hanya melebur dalam kasih dan sukacita. Agar menjadi pribadi yang demikian, maka kita sebagai manusia yang lemah dan banyak kekurangan butuh memberi waktu untuk kembali melihat dan menyadari luka-luka yang ada dalam diri kita sendiri. Namun, seringkali kita melarikan diri dari luka-luka tersebut, bahkan tidak menginginkan luka itu di ingatkan kembali.

Tidak mau melihat kenyataan hidup kita sendiri, yang dikarenakan ada luka-luka yang menghalangi kita untuk berani melihat diri kita yang sesungguhnya. Hidup tanpa luka bagaikan badan tanpa sakit. Karena badan tanpa sakit tidak bisa di pisahkan,itulah luka. Mungkin orang berpikir luka hanya membawa penderitaan dalam hidup,tidak berarti mau menghalangi proses langkah hidup kita.

Tetapi sebenarnya salah,memang kalau kita melihat dengan cara pandang negative,luka itu tidak berarti.Tapi kalau kita melihat dengan mata Tuhan,luka itu membawa KASIH,SUKACITA dan KESELAMATAN. Inilah yang terjadi dalam diri saya saat ini. Ketika saya kembali melihat luka dalam diri saya, khususnya masa lalu bersama keluarga. Saya merasa diri saya tidak berarti bahkan saya berfikir bahwa hidup saya di dunia ini tidak ada gunanya.

Pikiran dan perasaan inilah yang selalu ada dalam pikiran dan hati saya, ketika saya tidak membuka hati untuk melihat luka-luka masa kecil saya dengan bantuan rahmat Tuhan yang hadir dalam diri saya. Keterbukaan hati terhadap kerja rahmat Tuhan terhadap diri saya sungguh bermanfaat bagi kebebasan diri saya dari luka-luka batin. Melalui program Psiko Spiritualitas yang di berikan oleh Sr.Mariane FSGM, saya di tuntun dan mencoba untuk berani melihat luka-luka saya. Memang sulit,bahkan awalnya saya tidak mau melihat kembali, merasa cuek dan tidak peduli.

 Namun saya tidak hanya berhenti di sini, saya terus berjuang bahkan pada akhirnya saya melihat,menyadari,merasakan,menerima,merelakan,melepas sampai dengan mengampuni. Pada saat dalam proses pengampunan saya seperti orang yang memikul batu besar dan membuang batu itu di kali yang besar juga. Saat itu saya merasa capek, saya seperti orang yang bertahun-tahun memikul batu dan pada saatnya di buang,saya merasa legah,bebas.

Kebebasan itu benar-benar membuat diri saya menjadi berharga. Di sinilah saya mengerti arti dari hidup bahkan dari luka itu sendiri. Luka tidak hanya membawa kita beban dan tidak bebas. Namun luka juga yang membuat kita untuk menyadari arti dari KASIH Tuhan melalui keluarga. Semakin kita melihat luka,semakin kita bersyukur untuk semua hal yang kita alami. Melalui luka kita semakin dewasa dalam iman,berani dalam menghadapi tantangan dan semangat untuk melangkah. Hanya dalam luka kita bisa melihat KASIH Tuhan dan KASIH keluarga.