Dalam iman katolik selalu ada istilah hidup religius. Hidup religius adalah hidup yang sederhana, terikat oleh ketiga kaul (kemurnian, ketaatan, dan kemiskian) dan hidup yang terpisah dari dunia sekular yang ‘mementingkan segala sesuatu yang efisien dan menguntungkan’. Pusat dari hidup iman Kristiani adalah Yesus Kristus. Kemanusiaan kita menyatu dengan segala sesuatu di mana setiap orang mendapat kepenuhan dan kemuliaan, menemukan kekuatan dalam kelemahan.
Rahmat panggilan Allah tersingkap dalam berbagai peristiwa dan kisah hidup seseorang. Meskipun pada waktu itu sebagai seorang anak yang belum mengerti dan memahami sepenuhnya apa itu hidup religius, keluarga dan lingkungan sekitar telah memungkinkan terciptanya suasana religius. Hal tersebut juga secara tidak terduga, ternyata memperlihatkan tanda-tanda panggilan Allah pada saya. Saya tergiur untuk mencari dan memahami tanda-tanda panggilan Allah dengan berjalannya waktu.
Allah memanggil manusia dengan cara-cara yang unik dan istimewa. Allah melalui cara yang sederhana dan polos juga secara tidak terduga berkarya kepada saya yang pada waktu itu sebagai anak, saya terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan gereja. Salah satu kelompok kategorial yang saya ikuti adalah misdinar. Melalui keikutsertaan saya di kelompok kategorial, saya pun harus rajin ke gereja, mengikuti kegiatan rohani, rekreasi, bermain dan jalan-jalan. Setelah menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), keluarga mengirim saya melanjutkan Sekolah Menengah Atas di Colegio Maliana yang dipegang oleh para suster SspS. Selama tiga tahun tinggal di asrama saya …..
Keluarga saya adalah keluarga yang dekat pada gereja dan kuat dalam iman. Kehidupan keluarga saya memang sangatlah sederhana, namun penuh dengan keharmonisan, saling mencintai dan saling mengampuni. Saya teringat, waktu itu kakek selalu mengajak saya berdoa doa Bapa Kami dan Salam Maria sebelum tidur malam, meski terkadang tidak saya melakukan ajakan kakek. Pada suatu ketika, ada seorang biarawati merayakan misa syukur di kampung halaman saya. Penampilan dan jubah suster ini membuat saya terpukau. Lalu dengan polos dan senyum berkatalah saya kepada Ibuku bahwa saya ingin menjadi Suster. Ini semua adalah tanda-tanda panggilan Allah pada saya. Allah memanggil manusia dengan cara-cara yang unik dan istimewa dan kadang tidak dimengerti dan dipahami sepenuhnya oleh manusia, namun Ia tetap memanggil untuk mengambil bagian menjalankan visi dan misi-Nya di dunia ini.
Oleh karena panggilan Tuhan, saya bisa berjumpa dan tinggal bersama teman-teman di kongregasi Hati Kudus Yesus. Saya bersyukur dan berterima kasih kepada orang-orang yang telah mengantar saya dan membimbing saya masuk RSCJ. Salah satunya adalah Sr Ino. Sr. Ino adalah orang yang begitu sederhana, rendah hati dan murah hati. Melalui kunjungannya di paroki di mana saya tinggal, beliau membangkitkan semangat dan ketertarikan untuk menjadi seorang biarawati. Saya mengambil keputusan untuk menjadi seorang biarawati dan dibantu oleh pastor CMF, saya dapat berjumpa dengan Sr Ino dan beliaulah yang membawa saya dengan keempat teman saya ke kongregasi RSCJ. Saya beryukur karena didampingi oleh Sr. Lulud dan Sr. Murphy waktu masuk sebagai live-in dan sampai tahap postulat. Tahap berikutnya adalah tahap novisiat di dampingi oleh Sr Gera. Selama dua tahun lebih, saya didampingi oleh Sr Gera menjalankan proses hidup panggilan dengan sabar, iman, kasih dan penuh harapan.
Pada awal bulan di tahun 2012, saya bergabung dalam kongregasi Hati Kudus Yesus dengan penuh energi dan semangat. Saya sadar bahwa saya meninggalkan segala sesuatu ‘hidup duniawi’ demi menjawab panggilan Allah. Sebagai calon RSCJ waktu itu, saya diberi ruang dan waktu untuk belajar, bertumbuh dalam iman, membangun relasi dengan Allah, hidup berkomunitas, yang kesemuanya itu didasari oleh semangat kongregasi.
Belajar dan bertumbuh dalam panggilan adalah suatu proses yang terus menerus berjalan. Belajar dan bertumbuh artinya terbuka pada sesuatu yang baru baik cara hidup, bahasa, pola pikir, karakter, budaya serta latar belakang yang berbeda. Jika ditanyakan “Apakah mudah untuk menyesuaikan diri dengan hal itu?”. Tentunya dengan pasti saya akan menjawab “Ya”. Jawaban yang mudah jika saya terus terbuka pada karya Roh Allah dengan membiarkan hidup diubah oleh Roh Allah. Kemudian, tahun 2013, saya dengan kedua teman memasuki tahap novis. Kutipan yang saya petik pada waktu itu dari Mat 11:29 “Belajarlah dari pada-Ku, sebab Aku ini lemah lembut dan rendah hati”. Belajar dari disposisi Hati Yesus kita menemukan arti dan makna hidup yang sesungguhnya. Oleh karena itu, tujuan menanggapi panggilan Allah dalam kongregasi Hati Kudus Yesus adalah hidup transformatif dan bersatu dalam Hati Yesus. Kemudian dipancarkan kepada dunia. Seperti Misi Kongegasi, kita di panggil untuk “Discover & Reveal the Love Heart of Jesus”.
Relasi yang telah dibangun harus terus dipupuk dan dijaga dengan berbagai cara, seperti berdoa, membaca Kitab Suci, membaca konstitusi, dan buku rohani lain yang tersedia, kemudian merenungkannya lalu mewujudnyatakan dalam kata dan tindakan. Saling melayani dengan segala kemampuan dan kreativitas yang dimiliki, mencintai, dan mengampuni. Kesemuanya itu adalah kunci utama menjaga relasi dengan Allah. Tanggal 24 Mei 2015, saya bersama dengan kedua teman, yaitu Yola dan Eni mengikrarkan kaul pertama. Kutipan yang saya petik pada moment terindah itu adalah “Tinggalah di dalam Aku, dan Aku di dalam Kamu” Yoh15;4a.
Panggilan Allah adalah suatu rahmat yang unik dan istimewa kepada manusia. Ia memanggil setiap pribadi dengan cara-Nya tersendiri. Karena itu, manusia tidak sepenuhnya mampu mengerti maksud panggilan Allah tersebut. Akan tetapi, karena rahmat panggilan tersebut diberikan oleh Allah secara gratis atau Allah yang pertama berinisiatif memanggil, maka kita pun perlu membuka diri untuk melihat, mendengar, lalu menanggapi. Allah memilih menyingkapkan rahmat panggilan-Nya dalam peristiwa dan kisah hidup seseorang apa adanya.
Oleh: Sr. Fili RSCJ