Hatiku terperangkap oleh Hati Kudus Yesus

Jatuh cinta pertama untuk memilih masuk biara adalah ketika saya berumur 5 tahun. Saat itu hati ini terperangkap oleh keanggunan, putihnya dan pesonanya jubah para suster yang berkunjung ke stasi saya, yaitu stasi Pocong yang ada di Flores, Manggarai Timur, NTT.  Keanggunan dan pesonanya para suster itu membuat hati saya berkobar-kobar untuk mau menjadi seperti mereka suatu saat nanti. Dari penampilan yang anggun dan pesona tersebut membuat saya berpikir bahwa hidup para suster dan para biarawan/I itu adalah sungguh suci. Mereka sangat dekat dengan Tuhan Yesus. Mereka mempunyai relasi yang khusus dengan Yesus. Relasi mereka sangat mendalam dengan Yesus. Sebelum menginjakkan kaki dalam hidup membiara, saya mebayangkan bahwa para suster itu hanya  berdoa dan tidak keluar dari dalam lingkungan biara. Membagi komuni dan melayani  umat adalah salah satu ketertarikan saya pada kehidupan para biarawati. Saya membayangkan saat berumur 5 tahun itu, bahwa “suatu saat nanti saya mau menjadi seperti seorang suster yang hadir di stasi saya  ini, yaitu datang ke pedalaman dan membawa tubuh Yesus bagi umat yang sangat merindukannya.” Di mana saat saya masih kecil sangat jarang stasi saya dikunjungi oleh kaum biarawan dan biarawati. Umat termasuk saya sangat merindukan untuk menerima tubuh Yesus setiap hari minggu.  Impian inilah yang membuat saya niat untuk menjadi seorang biarawati.

Saat saya masih kecil impian saya adalah untuk membawa tubuh Yesus yang secara fisik, yaitu membawa hosti untuk umat. Namun, saat ini saya membawa Yesus yang sudah ada di hati saya. Hati Kudus Yesus saya bawa untuk saudari/I saya di mana pun saya pergi dan berada. Membawa sukacita bagi setiap orang yang saya jumpa. Membawa Hati Yesus bagi setiap orang yang saya layani baik di dalam komunitas maupun di luar komunitas. Saya pun mampu membawa sukacita dan orang mengalami sukacita itu, karena saya belajar dari Hati Yesus sendiri. Hati Yesus adalah sang guru, sang sahabat, sang kekasih dan sang ayah yang selalu setia menuntun dan membentuk saya untuk menjadi seorang perempuan yang hanya berlandaskan pada kasih-Nya. Belajar dari pada-Nya untuk menjadi lebih rendah hati, sederhana dan menjadi lebih bahagia dalam panggilan. “Belajarlah dari pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan” (Mat. 11:29).

Daripada-Nya saya mendapat segala-galanya. Setetes yang saya minta selautan kasih yang IA limpahkan bagi hidup saya. Tentunya panggilan suci ini memampukan saya untuk menyadari bahwa betapa dalam, tinggi dan luasnya kasih Allah bagi saya di dalam hidup ini. Bersyukur sekali atas panggilan yang istimewa ini bagi saya. Panggilan yang telah menjadikan saya sebagai wanita yang berharga. Melalui panggilan ini saya diajak dan dituntun untuk menjadi seorang pribadi yang tahu bersyukur atas rahmat Allah yang berlimpah bagi saya. Oleh karena panggilan ini saya menjadi lebih sadar akan indah, mulia dan berharganya diri saya di hadapan Allah. “ Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau,” (Yes. 43:4a).

Panggilan Tuhan memang sungguh unik dan sebuah anugerah yang terindah bagi saya. Impian yang saya alami di atas hanyalah sebuah penampilan luarnya saja, hanya kulitnya yang saya lihat. Keindahan di luar tersebut sangat menarik perhatian saya saat saya berumur 5 tahun. Ibarat melihat sebuah buah, bahwa saat saya melihat kulit luarnya yang  begitu indah dan menarik. Tetapi saat saya mengupas dan mencoba makannya, ternyata rasanya ada macam-macam. Ada manisnya, pahit, asam dan lain sebagainya. Demikian halnya pengalaman saya sebagai religius Hati Kudus Yesus. Akan tetapi, melalui berbagai macam rasa ini saya menjadi seorang perempuan yang lebih menyadari akan luasnya, dalamnya dan tingginya  kasih Tuhan bagi hidup saya. Rasa-rasa yang bermacam-macam ini membuat saya menjadi lebih indah.  Melalui peristiwa ini Tuhan hadir memanggil saya. Seperti yang dikatakan Allah kepada Yeremia bahwa  “Sebelum Aku membentuk engkau dalam Rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa” (Yer. 1: 5).

Di dalam biara saya bertemu dengan teman-teman yang berasal dari negara, budaya, dan bahasa yang berbeda-beda. Keunikan dan keanekaragaman ini adalah sebuah hadiah bagi saya. Berkat dan anugerah dari Allah yang tidak pernah saya impikan sebelumnya. Saya menjadi lebih mengenal betapa kayanya saya hidup bersama saudari-saudari saya yang ada di komunitas RSCJ yang saya pilih untuk menjadi bagian hidup saya. RSCJ  yang menjadi tempat saya membangun relasi yang intim dengan Yesus. Saya menemukan dan mengalami perjumpaan pribadi dengan Yesus, yaitu di RSCJ. RSCJ yang menjadi  bagian hidupku selamanya. RSCJ yang dulunya saya tertarik dengan keunikan HATI-NYA. Hati Kudus Yesus yang dipromosikan oleh RSCJ sungguh berbeda dan unik. Hati yang unik ini telah menangkap saya dari tengah-tengah kumpulan para siswa SMA Negeri 1 Pocoranaka, Manggarai Timur, NTT.  Dengan sosok seorang promotor yang sangat sederhana, rendah hati dan penampilan seperti seorang yang bukan suster. Penampilannya bukan sebagai seorang suster yang saya impikan dulu saat saya berumur 5 tahun. Namun, pancaran hatinya mengekspresikan kesucian, keanggunan dan kekuatan relasinya dengan Yesus. Dengan gaya Bahasa Indonesia yang begitu sederhana bahkan saya sendiri tidak paham apa yang ia sampaikan. Namun, dengan kesederhanaaanya itu dalam mempromosikan Hati Kudus Yesus membuat saya mengatakan ‘YA’ untuk mengikuti Yesus melalui Kongregasi Hati Kudus Yesus.

Panggilan itu sebuah berkat dan anugerah Allah yang Cuma-Cuma. Ia memanggil saya untuk mengalami perjumpaan pribadi dengan-Nya. Perjumpaan yang membuat saya mengalami tranformasi. Allah tidak berhenti bekerja di saat saya mengalami lemah atau putus asa dalam perjalanan panggilan saya. Ia selalu setia menemani saya. Ia tidak pernah melepas saya untuk berjalan sendiri. Yesus sangat setia dan mencintai saya dengan total. Ia tidak setengah-setengah untuk mencintai saya. Sekali Dia memanggil selamanya akan bertanggungjawab dan setia menemani hidup saya. Sekali mengatakan ‘YA’ pada panggilan-Nya selamanya DIA mengambil secara serius. Cinta dan kasihNya secara total dan penuh. Maka, yang menjadi pertanyaan bagi diri saya adalah apakah saya juga setia dengan Yesus? Apakah saya sudah secara total untuk memberi hidup saya bagi Dia? Apakah saya setia dengan komitmen saya kepada Dia untuk mengikuti-Nya dan menjadi bagian dalam hidup-Nya untuk selama-lamanya?

Saya dipanggil dari tengah-tengah keluarga yang sangat sederhana. Orang tua saya adalah seorang petani sejati yang setia dan pekerja keras. Mereka adalah sosok orang tua saya yang tidak pernah menyerah dalam mengarungi perjalanan panggilan mereka sebagai orang tua. Saya adalah anak bungsu dari enam bersaudara. Oleh karena saya adalah anak bungsu yang menurut pendapat banyak orang bahwa sebagai anak bungsu itu sulit untuk pergi jauh dari orang tuanya. Apalagi menurut pandangan orang-orang di kampung saya bahwa saya tidak akan bisa melanjutkan ke bangku sekolah SMP dan SMA, yang disebabkan oleh kehilangan/meninggalnya  ayah saya. Anggapan orang bahwa ibu dan kakak-kakak saya tidak akan mampu membiayai dan membesarkan saya. Ternyata Tuhan tidak berhenti bekerja dalam hidup keluarga saya. Walaupun ibu saya bekerja sendiri untuk membiayai  saya dan kakak saya, namun ibu saya tidak pernah menyerah.

Sikap dan sosok inilah yang saya  petik dari kehidupan keluarga saya dalam menelusuri panggilan saya saat ini. Hidup sederhana adalah komitmen saya untuk perjalanan hidup panggilan saya. Menjadi lebih murah hati dan jangan pernah berhenti berbuat baik bagi sesama di mana pun saya berada. Itulah pesan dari ibu dan kakak-kakak saya di saat saya merasa galau dan lemah dalam panggilan saya. Walaupun awalnya ibu dan kakak saya tidak menyetujui saya untuk masuk biara, namun Hati Kudus Yesus mencairkan hati mereka menjadi hati yang tulus untuk melepaskan dan menyerahkan salah satu anak dan adik mereka untuk Allah. Pada akhirnya mereka mengalami kebahagiaan yang berlimpah-limpah setelah melihat saya bahagia dengan pilihan saya sebagai religius Hati Kudus Yesus (RSCJ). Semua ini atas kerja dan kasih Allah.

 

Salam dalam Hati Yesus

Oleh: Yolanda Alina Diwu, RSCJ

4 thoughts on “Hatiku terperangkap oleh Hati Kudus Yesus”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *